Menganganalisis Kebahasaan dalam Drama yang Dibaca atau Disimak
Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya. Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula pada bagian prolog dan epilognya.
Fitur-fitur kebahasaan pada drama memang memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada contoh teks drama di atas bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah saya, kami, kita, Anda. Adapun kata sapaannya adalah panembahan.
Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan. Berikut contoh-contohnya.
- Ah, ya!
- Ampun seribu ampun!
- Bagus! Bagus!
- Atas dasar kekuatan!
- Jangan khawatir. Jangan sampai mereka menjadi korban dari pancaroba perubahan.
- Sri .... Ratu Dara!
- Bagaimanakah keadaan mereka?
- banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsin kronologis). contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.
- banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.
- banyak mengunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh. contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami.